Minggu, 01 April 2012

What You See, Doesn't Like You Think

'Experience is the Best Teacher'

Batu - Warung Malam (Ceker)

Kemasan Biasa, Rasa Luar Biasa
*nyanyi* Malam minggu malam yang panjang, malam yang asik buat ... *galau*, hakhakhak ... okay, ini malam minggu dan saya benar-benar stres sama namanya tugas, namanya pensil pulpen pingin aku bakar semuanya, tapi syukurlah itu baru sekedar 'pengen'. Yeah, Mungkin ini malam minggu yang indah, diawali dengan pagi hari yang cerah, aktifitas yang berjalan lancar, olahraga sore, abis itu merelaksasikan otak nonton di gallery 21 (udah berapa tahun ya ga nginjek bioskop lagi) and last makan ketan dan ngopi ke alun-alun Batu. Tapi tenang semuanya sama temen-temen, ga ada pacar kok, sudah biasa sendiri *curhat*

Setidaknya ini malam minggu yang sangat merelaksasikan kepenatan dan sedikit menenangkan otak saya ini *error*. Jam 12 malam, dingin, gelap, pulang dari Batu, nganter temen, trus bersama partner saya, sebut saja dia Mr. L (biar kaya pemeran death note, khan gagah punya partner detektif). Kami menuju tempat makan ceker, ceker adalah makanan anak-anak cerdas seperti kami, jadi budayakan makan ceker *promosi*. Kami makan di sebuah warung makan emperan di daerah ... ga tau, yang pasti deket Mitra yang lagi dibongkar. Kami memesan seporsi ceker, wuhuu ... baunya harum dan perut sudah berdemo *naikkan harga BBM*.

Kuambil makananku dan duduk manis di tempat duduk yang sudah disediakan, musik campur sari menemani santap malam menjelang pagi kami. Tepat didepan kami duduk 2 orang bapak-bapak yang juga sedang santap malam, penampilan mereka benar-benar sederhana, yang satu gemuk, berbaju kaos, celana pendek. Satunya agak lumayan lah mengenakan jake hitam dengan kaos biru ditengahnya. Tak lama bapak berbaju biru itupun berdiri dan mulai berjoged-joged di depan tv yang menyiarkan rekaman lagu campur sari yang kami dengar. Semula saya berpikir, "bapak ini gila ya nari-nari malem-malem, apa kena pengaruh alkohol ya ?" Tapi sudahlah saya abaikan, lalu penglihatan saya beralih menuju bapak satunya yang masih duduk di depan kami. 

Cuap-cuap, itulah kebiasaan mendasar saya yang tidak bisa dikendalikan, saya terbiasa membuka obrolan dengan orang yang menarik perhatian saya (kebiasaan buruk). Saya membuka pembicaraan dengan bapak itu dan akhirnya pembicaraan panjang terjadi. Dari istri muda yang berbeda 20thn darinya, berasal dari Pakistan, pekerjaannya menjual remote control, dan banyak lagi yang lainnya. Tapi saya shock, ketika saya iseng bertanya tempat tinggalnya "Permata Jingga", waw, perumahan elit ya, tapi penampilannya sama sekali tidak terlihat keelitannya, lalu yang bikin shock lagi harga-harga remote control yang dia jual mencapai harga 43 juta yang termahal (bisa dipake DP mobil itu satu, beli Ninja RR tunai juga bisa). Oke, saya mulai tertarik, menggali dan menggali, hingga akhirnya saya ketahui, bapak itu adalah mantan pembalap drag race yang pernah memenangkan kejuaraan di Surabaya, beliau juga gemar melakukan aksi drift saat masih muda, jadi saat ini saya berhadapan dengan mantan pembalap yang dimasa tuanya berjualan remote control yang merupakan hobinya, sayang sekali bukan ?. Pembalap yang tidak dianggap hingga berhenti membalap dan merambah dunia bisnis di Plaza Araya Malang.

Tak lama bapak satunya duduk di depan saya, saya mulai membuka pertanyaan berharapnya sih dapat cerita tentang masa muda bapak satunya ini, siapa tahu juga mantan pembalap, ya bisa bagi-bagi tipslah buat balapan *lho*. Saya kembali terkejut, bapak yang semula saya pikirkan macam-macam ini adalah mantan seorang petinju nasional, Little Pono, begitu dia sebut namanya saat masih jadi petinju dulu, memang rekam jejak bapak ini tidak begitu gemilang, tapi setidaknya dia pernah mengharumkan nama bumi Arema Malang. Beliau pernah meraih penghargaan di tahun 1987, tapi saya tidak tahu pak, ampun, saya belum lahir saat itu. don't punch me, don't uppercut me.*damai*

Saya dan partner saya Mr. L ngobrol panjang lebar, tak tentu arah, cuma bisa ketawa-ketiwi, karena kita sama-sama ga paham dengan dunia balap, apalagi tinju, berantem aja kabur duluan (mahasiswa cinta damai), tapi kami senang mendengar beragam cerita kisah-kisah mereka. Hingga waktu menunjukan pukul 4 pagi dan saya pukul 7 pagi harus berangkat ke pura untuk menunaikan persembahyangan, melukat biar jadi orang yang bener. Benar-benar tidak ingat waktu, hingga akhirnya saya dan Mr. L pamit undur diri, diakhiri dengan canda tawa bersama bapak-bapak yang baru saja saya kenal (saya benar-benar manusia sok kenal sok deket). Syukur juga mereka berdua merupakan contoh bapak-bapak yang ramah kepada dua mahasiswa tidak budiman seperti kami.

Ketika perjalanan pulang, kami berdua berpikir, dua orang bapak-bapak yang semula sangat-sangat kami pikirkan negatif, ternyata begitu spesial, penampilan mereka tidak menyerupai kisah-kisah yang mereka ceritakan, kami semula tidak percaya, tapi melihat foto-foto mereka di dalam handphone yang mereka tunjukan cukup menjadi bukti bagi kami, bagaimana mereka dulu. Salut dan prihatin, salut dengan kesuksesan mereka semasa muda dan prihatin karena mereka, orang-orang yang berprestasi di bidangnya tidak mampu melanjutkan prestasi mereka. 

Kehidupan sederhana, di warung pinggiran dengan musik campur sari, memperlihatkan sedikit ke Indonesiaan dan kesederhanaan mereka, hakhakhak ... Kami jadi tertawa-tawa sendiri mengingat hal itu, melihat kemasan yang tidak menarik, tapi isinya berkualitas, yep pelajaran malam ini cukup  sampai disini, mari kita pulang dan bermimpi indah, siapa tahu kelak kami berprestasi seperti mereka :D

ini sedikit tentang little pono yang saya search di google, ya setidaknya beliau pernah masuk koran XD

"Little Pono, Petinju, Malang"

sedangkan bapak satunya track recordnya tidak terdeteksi di google, jadi maaf ya, entah itu cerita bohong atau tidak, kami cukup percaya dengan foto-foto yang mereka perlihatkan, so ? no problemo lah ;D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
;