~ Hinduism ~
Awatara adalah perwujudan Sang Hyang Widhi ke dunia dengan mengambil suatu bentuk yang dengan perbuatan atau ajaran-ajaran suci-nya, memberi tuntunan untuk membebaskan manusia dari kesengsaraan yang diakibatkan oleh kegelapan awidya.
Awatara adalah perwujudan Sang Hyang Widhi ke dunia dengan mengambil suatu bentuk yang dengan perbuatan atau ajaran-ajaran suci-nya, memberi tuntunan untuk membebaskan manusia dari kesengsaraan yang diakibatkan oleh kegelapan awidya.
Di dalam Bhagawadgita (II.7) disebutkan :
"Kapan saja dharma (kebenaran) mulai runtuh dan adharma (kejahatan) mulai merajalela, Aku akan menjelma kembali ke dunia untuk menegakkan dharma (kebenaran)".
Dewa Wisnu |
Jadi apabila dunia dalam penderitaan dan dikuasai oleh adharma maka Sang Hyang Widhi akan turun ke dunia untuk menegakkan kembali dharma Agama Hindu mengenal adanya Dasa Awatara yang sangat terkenal di antara Awatara-Awatara lainnya. Dasa Awatara adalah sepuluh Awatara yang diyakini sebagai penjelmaan wujud Dewa Wisnu dalam misi menyelamatkan dunia. Kenapa Dewa Wisnu ? karena dalam Tri Murti, Dewa Wisnu adalah lambang dewa pemelihara, yang senantiasa melindungi dunia dari segala macam sifat-sifat adharma yang ada di dunia. Dari sepuluh Awatara, sembilan diantaranya diyakini sudah pernah menyelamatkan dunia, sedangkan satu di antaranya, Awatara terakhir (Kalki Awatara), masih menunggu waktu yang tepat (konon pada akhir Kali Yuga) untuk turun ke dunia. Kisah-kisah Awatara tersebut terangkum dalam sebuah kitab yang disebut Purana.
Kesepuluh Awatara tersebut, diantaranya :
- Matsya Awatara (Ikan raksasa)
- Kurma Awatara (Kura-Kura)
- Waraha Awatara (Babi Hutan)
- Narasimha Murti Awatara (Manusia berkepala Singa)
- Wamana Awatara (Brahmana mungil, orang Kerdil)
- Parasurama Awatara (Brahmana-Ksatria)
- Rama Awatara (Raja Ayodhya)
- Khresna Awatara (Pengembala)
- Budha Awatara (Siddharta Gautama)
- Kalki Awatara (Sang Pemusnah)
Cerita-cerita dalam mitologi Hindu terjalin dalam empat jenjang zaman yang disebut Catur Yuga. Masing-masing Yuga memiliki karakter yang berbeda. Berbagai legenda, kisah tentang awatara diyakini terjadi pada zaman yang berbeda-beda pula. Zaman-zaman tersebut diantaranya Satyayuga, Tretayuga, Dwaparayuga, dan Kaliyuga.
Dewa Wisnu dan Awataranya |
Filsafat Dasa Awatara menunjukkan perkembangan kehidupan dan peradaban manusia di muka bumi. Setiap Awatara merupakan lambang dari setiap perkembangan zaman yang terjadi.
- Matsya Awatara yang berwujud ikan merupakan lambang bahwa kehidupan pertama terjadi di air.
- Kurma Awatara yang berwujud kura-kura menunjukkan perkembangan selanjutnya, yakni munculnya hewan amphibi.
- Waraha Awatara yang berwujud babi hutan melambangkan kehidupan selanjutnya terjadi di darat.
- Narasimha Murti Awatara yang berwujud manusia berkepala singa melambangkan dimulainya evolusi mamalia.
- Wamana Awatara yang berwujud manusia kecil (cebol) melambangkan perkembangan makhluk yang disebut manusia namun belum sempurna.
- Parasurama Awatara yang berwujud pertapa bersenjata kapak, melambangkan perkembangan manusia di tingkat yang sempurna.
- Rama Awatara yang menggambarkan sosok raja yang agung melambangkan peradaban manusia untuk memulai pemerintahan.
- Khresna Awatara yang mahir dalam enam puluh empat bidang pengetahuan dan kesenian melambangkan kecakapan manusia di bidang kebudayaan dan memajukan peradaban. Balarama Awatara, Kakak Kresna yang bersenjata alat pembajak sawah, melambangkan peradaban dalam bidang pertanian.
- Buddha Awatara yang mendapatkan pencerahan, melambangkan kemajuan sosial manusia.
Dewa Wisnu, Dewi Laksmi dan Garuda |
Awatara-awatara dalam daftar di atas merupakan reinkarnasi Wisnu, yang mana dalam suatu filsafat merupakan lambang dari takaran dari nilai-nilai kemasyarakatan. Istri Dewa Wisnu bernama Laksmi, Dewi kemakmuran. Kemakmuran dihasilkan oleh masyarakat, dan diusahakan agar terus berjalan seimbang. Hal tersebut dilambangkan dengan Dewi Laksmi yang berada di kaki Dewa Wisnu. Dewi Laksmi sangat setia terhadapnya.
Filsafat Catur Yuga yang merupakan masa-masa yang menjadi latar belakang turunnya suatu Awatara dideskripsikan sebagai berikut:
- Satya Yuga, dilambangkan dengan seseorang membawa sebuah kendi (kamandalu)
- Treta Yuga, dilambangkan dengan seseorang yang membawa sapi dan sauh
- Dwapara Yuga, dilambangkan dengan seseorang membawa busur panah dan kapak
- Kali Yuga, dilambangkan dengan seseorang yang sangat jelek, telanjang, dan melakukan tindakan yang tidak senonoh.
Jika deskripsi di atas diamati dengan seksama, maka masing-masing zaman memiliki makna tersendiri yang mewakili perkembangan peradaban masyarakat manusia. Pada masa pertama, Satya Yuga, ada peradaban mengenai tembikar, bahasa, ritual (yajña), dan sebagainya. Pada masa yang kedua, Treta Yuga, manusia memiliki kebudayaan bertani, bercocok tanam dan beternak. Pada masa yang ketiga, manusia memiliki peradaban untuk membuat senjata karena bidang pertanian dan kemakmuran perlu dijaga. Yuga yang terakhir merupakan puncak dari kekacauan, dan akhir dari peradaban manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar