Sabtu, 18 Februari 2012

Kita Hebat Karena Terbiasa

~ Story of Life ~

Ilustrasi Hutan Pujon
Pernah melintasi hutan Pujon ? hutan yang menjadi pembatas antara Kabupaten Malang - Kediri, ya kali ini aku menceritakan sedikit cerita di hutan Pujon, hutan yang katanya memiliki sebutan hutan seribu tikungan, ya katanya sih ya, tapi memang bener sih hutannya benar-benar mencekam jika dilewati pada malam hari, karena memang sangat-sangat gelap dan banyak jurang di tepian jalanannya. 

Oke, jadi cerita ini dimulai saat aku akan pergi ke Kota Kediri, karena ada urusan dan ingin berkunjung ke rumah saudara, kebetulan aku memiliki famili di kota Kediri, jadi sesuai rencana aku akan berangkat pagi-pagi subuh dari Malang, menyelesaikan urusanku dan kembali ke Malang sebelum gelap. Tapi apa daya, rencana memang bisa disiapkan dengan matang, tapi pelaksanaannya bisa saja tidak sesuai bukan ? Aku berangkat dari kontrakanku pukul 5 pagi, aku berencana berangkat pagi-pagi agar tiba di Kota Kediri pukul 7 (daya tempuh 2 jam dangan jarak kurang lebih 115km). 

Diperjalanan tepatnya di tengah-tengah hutan aku mengantuk, daripada mengambil resiko akupun berhenti di sebuah SPBU untuk berbaring sejenak mengistirahatkan mata, suasana hutan yang sejuk, ditambah hanya ada sedikit kendaraan yang berlalu lalang membuat aku dengan cepat terlelap. Ketika bangun jam sudah menunjukan pukul 9 pagi ! oke, rencana tinggal rencana, akupun memacu motorku agar bisa segera sampai di Kota Kediri, hingga akhirnya aku tiba kurang lebih jam 10, terlambat 3 jam dari rencana awal, ya segera saja aku mampir sebentar di rumah famili, sarapan dan menyelesaikan urusanku. 

Pukul 3 sore urusanku selesai, aku senang urusanku selesai diluar rencana, lebih cepat ! akhirnya tanpa pikir panjang akupun berniat segera kembali ke Malang. Karena matahari masih tinggi, jadi hutan Pujon tidak mencekam (aku menghindari berada di hutan Pujon malam hari). Aku mengendarai motorku santai, sambil mendengarkan lagu yang beralun dalam headset yang kukenakan (jangan ditiru, contoh buruk mengendarai motor). Sampai di Pare, aku berpikir untuk makan sejenak, baru kemudian melanjutkan perjalanan. Tapi ternyata pilihanku untuk makan membuat aku tidak sadar bahwa hari semakin gelap dan akhirnya hujan ! Aku tidak membawa jas hujan, panik pun melanda, karena jika ditunda lagi aku pasti akan melewati hutan itu saat hari gelap, kembali ke rumah keluarga di Kediri pun sepertinya tidak bisa karena besok pagi-pagi aku harus melaporkan tugasku, akhirnya tanpa pikir panjang aku membeli sebuah jas hujan, dan segera melanjutkan perjalanan. 

Memasuki hutan, aku tengok jam menunjukan pukul 7 malam, langit sudah mulai gelap, kubulatkan tekad, aku akan tembus hutan ini malam hari. Sebelumnya memang aku sudah pernah melewati hutan ini malam hari dan aku sebenarnya sangat tidak ingin mengulanginya lagi. Karena memang hutan ini benar-benar mencekam jika dilalui malam hari, karena konon selain angker, hutan ini juga sering banyak bajing lompat, tau bajing lompat ? binatang kaya tupai itu lo, yang lompat-lompat *lha trus ?

Di dalam hutan, aku berharap ada sebuah mobil atau motor yang bisa kuikuti, sebagai pemandu di depan, karena suasananya memang benar-benar gelap. Di tengah perjalanan, aku mendengar suara motor dari arah belakangku, aku senang karena merasa akan punya teman di jalan, aku memelankan laju motorku, menunggu motor di belakangku menyalip sambil sesekali menengok di kaca spion. Ketika suara itu semakin mendekat, yak ! lewat seperti bayangan, sebuah motor tua, tanpa lampu ! aku terkejut melihat, kupikir itu , tapi kemudian adrenalinku terpacu, aku mulai menaikkan gas berniat mengejar motor tersebut (jiwa pembalap bangkit). Aku pikir aku bisa mengejarnya dengan mudah, karena orang itu hanya mengendarai motor tua, tanpa lampu dan membawa barang-barang pula, sedangkan aku mengendarai motor keluaran lebih baru dan memiliki lampu yang setidaknya cukup untuk menerangi jalan. Tapi ternyata sia-sia, motor itu melesat jauh lebih cepat dari perkiraanku, hingga aku putus asa dan merasa kalah start ! Tidak lama, aku mendengar lagi suara motor dari arah belakang, aku tidak memelankan laju motorku, menunggu, yup ! kembali seperti tadi, sebuah motor tua tanpa lampu dengan 2 buah karung dibelakangnya ! aku mengejar, hingga terjadi sebuah balapan di tengah hutan, motor tua itu dengan mudah berbelak-belok di tikungan hutan, sedangkan aku agak sedikit canggung karena aku tidak melihat jalanan dengan jelas. Hingga akhirnya, aku kalah lagi !

Sepanjang perjalanan aku mengerutu, seperti pembalap yang kesal karena kalah balapan, hahaha ... hingga akhirnya tiba di payung (tempat nongkrong di sekitaran Malang, yang masih sedikit masuk ke daerah Pujon). Aku berhenti untuk membeli makan, karena dinginnya hutan membuat perut sedikit lapar, aku memesan semangkuk mie kuah dan jagung bakar. Selesai makan, aku membayar apa yang kumakan, namun aku iseng bertanya pada ibu penjual tersebut 'bu, kok orang disini hebat ya, tadi dihutan aku liat orang naik motor tanpa lampu, tapi bisa ngebut, padahal jalanan gelap'. Ibu itu sedikit tertawa 'lha itu loh mas, suami saya baru dari hutan, tadi ngambil jagung, tadi sampainya duluan dari mas, ketemu ga dijalan ?' Aku hanya memperhatikan seorang bapak-bapak yang asik menikmati kopinya dan melihat motor tua miliknya. Tak lama ibu itu datang membawa uang kembalianku, aku pun bertanya pada ibu itu 'hebat ya suami ibu, bisa lewat hutan gelap kayak gitu motornya ga pake lampu, berani banget bu'. Ibu itu tertawa lagi, sambil menjawab 'kalo suami saya hebat, sudah jadi presiden mas, hahaha,, itu bukan hebat mas, tapi karena terbiasa, kalo ga biasa ya mana berani mas, coba mas sudah biasa lewat sini, ga pake lampu, ngebut ya biasa'. Aku tertegun sejenak, kemudian beranjak melanjutkan perjalanan, tak lupa aku mengucapkan terimakasih kepada ibu itu.

Aku berpikir di perjalanan pulangku, ya manusia memang terlahir sama saja, kemampuan pun rata-rata sama, cuma yang berbeda adalah kebiasaan kita, seorang pendaki hebat berani memanjat tebing curam, karena dia terbiasa mendaki, seorang pembalap hebat berani memacu motornya seperti roket karena terbiasa balapan. Kata-kata ibu itu sedikit menjadi pelajaran bagiku, kita tidak usah takut melihat orang hebat, karena kita juga akan mampu seperti mereka, jika kita terbiasa, terbiasa melakukan apa yang mereka lakukan. pelajaran yang sedikit menaikan semangat untuk belajar 

'Kita Hebat Karena Terbiasa'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
;