Rabu, 29 Februari 2012

Taman Ujung Soekasada

~ Architecture ~

Balai Gili
Taman Ujung Soekasada terletak di Ujung Timur Pulau Bali, tepatnya di desa Tumbu, Kabupaten Karangasem bagian Timur yang dapat ditempuh dengan perjalanan kurang lebih 2 jam dari kota Denpasar.

Taman Ujung Soekasada ini dibangun pada tahun 1919 pada masa pemerintahan Raja I Gusti Bagus Jelantik (1909 – 1945) yang bergelar Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem dengan melibatkan arsitek Belanda yang bernama van Den Hentz dan seorang arsitek Cina bernama Loto Ang, dan diresmikan penggunaannya pada tahun 1921. Taman ini digunakan sebagai tempat peristirahatan raja selain di Taman Tirtagangga, dan juga diperuntukkan sebagai tempat menjamu tamu - tamu penting seperti raja - raja atau kepala pemerintahan asing yang berkunjung ke Istana kerajaan Karangasem.
Berdasarkan hasil-hasil penyelidikan arkeologis - historis dapat diketahui bahwa taman ini adalah sebuah contoh hasil akulturasi budaya yang serasi antara arsitektur tradisional lokal (Bali) dengan arsitektur Eropa dan Cina. 
  • Arsitektur Bali terlihat jelas pada motif dekorasinya berupa cerita-cerita wayang serta motif patra lainnya, 
  • Arsitektur Belanda terlihat pada bentuk bangunannya yang memiliki gaya indis, dan 
  • Arsitektur Cina terlihat pada pembuatan gapura masuk, kolam segidelapan, dan Bale Bundar (bale bengong).
Ragam arsitektur bertebaran di Taman Gili. Keragaman itu terlihat jelas pada bagian pilar- pilar. Pilar itu sangat khas Portugis, Pengaruh Eropa lainnya terlihat pada kubah bentuk setengah lingkaran yang memperlihatkan konsep dome meski dalam skala kecil. Kubah ini berbentuk delapan sudut. (Padahal atap bangunan di Bali biasanya terlihat berbentuk empat sudut Selain pengaruh Eropa), sentuhan oriental Cina bisa dilihat pada bentuk jembatan dan puncak angkul - angkul sepanjang jembatan. Bentuknya yang meruncing di ujung dan mirip mahkota diadaptasi dari model struktur bangunan di Cina. Sedangkan atap yang dibangun lebih mirip masjid. (Bisa jadi saat itu beliau memang terpengaruh Timur Tengah). 
Sang pendiri taman, dengan kemampuan teknis - arsitektural, estetik dan kasat mata menggunakan konsepsi kosmologi masyarakat Bali sebagai landasan ideologis, telah berhasil memanfaatkan bentang alam dan lingkungan di sekitarnya yang berteras - teras dengan gunung - gunung sebagai latar belakang alami, sumber air, sungai-sungai dan pesisir Pantai Ujung.

Relief - relief Taman Ujung Soekasada , yang ada pada dinding bangunan, pada Pilar, itu menceritakan epos Ramayana dan Mahabharata, seperti kesukaan Djelantik pada sastra. Sistem pertukangan yang digunakan sudah modern, yakni pengecoran serta penggunaaan cetakan untuk membuat relief di dinding bangunan. Ketika itu, cara semacam itu baru dan langka.
Di taman ini terdapat tiga buah kolam besar dan luas, di tengah kolam paling utara terdapat bangunan utama yang dihubungkan oleh dua buah jembatan. 
  • Di sebelah kolam terdapat taman dan pot bunga serta patung-patung. Bentuk bangunan sangat megah dan khas karena perpaduan antara arsitektur Eropa dan Bali. 
  • Di sebelah Barat kolam di tempat yang agak tinggi terdapat sebuah bangunan yang berbentuk bundar disebut "Bale Bengong" tempat untuk menikmati keindahan taman dan sekitarnya. Untuk mencapai puncak perbukitan sebelah Barat Taman dibuat undak-undakan yang tinggi dan lebar. 
  • Di sebelah Utara taman di atas bukit terdapat patung Warak yang besar di bawahnya patung banteng dan dari mulut kedua patung ini air memancur keluar menuju kolam. Dari puncak bukit ini kita dapat menyaksikan pemandangan alam yang betul-betul indah dan mengagumkan. 
  • Jauh di sebelah Timur Laut terlihat bukit Bisbis yang hutannya subur menghijau, 
  • Di arah Selatan terlihat laut luas membentang dan di sekitar Taman terlihat petak-petak sawah menghijau perpaduan alam pegunungan dan alam laut inilah yang merupakan daya tarik taman ini bagi para wisatawan.
Sayang peninggalan budaya yang megah ini telah hancur akibat gempa bumi yang terjadi pada waktu Gunung Agung meletus, Kondisinya yang rusak berat akibat letusan Gunung Agung (gunung terbesar di Bali) pada tahun 1963 semakin diperparah lagi dengan terjadinya gempa hebat di tahun 1976 yang meninggalkan puing - puing bangunan, namun tidak meninggalkan kesan megah di masa lalu dan juga keindahan panoramanya masih tetap mengagumkan. Untuk mengembalikan kemegahan Taman Soekasada Ujung, maka pada tahun 2001-2003 Pemerintah Kabupaten Karangasem memanfaatkan dana bantuan Bank Dunia membangun kembali Taman Soekasada Ujung dengan tujuan untuk mengembalikan keberadaannya kepada bentuk semula demi melestarikan warisan budaya yang menjadi kebanggaan Karangasem.

Balai Kapal
Balai Kapal berada diatas Bukit persis di Tengah - Tengah 2 Kolam di kawasan Taman Ujung Soekasada Untuk bisa sampai ke Balai Kapal Orang Harus mendaki tangga yang bertingkat - tingkat. Bale Kapal berada di lokasi tertinggi sehingga dari sinilah orang-orang dapat melihat keseluruhan ini Taman. Dari bale ini juga dulunya Raja Karangasem melihat Selat Lombok untuk mengetahui apakah ada kapal yang datang.

Tangga menuju Balai Kapal merupakan Simbolis Jenjang Proses Hukum yang ada di Negara Kita yaitu dimulai dari Tingkat Pengadilan Negeri naik menuju Pengadilan Tinggi, kemudian naik lagi sampai Mahkamah Agung dan Terakhir sampai pada tingkat Grasi yang dimohonkan kepada Kepala Negara. Semua keberaaan jenjang proses Hukum ini adalah semata-semata untuk memberikan Pelayanan Hukum yang baik dan benar kepada orang-orang yang berkepentingan mencari keadilan.

Posisi Balai Kapal yang ada di Tengah-tengah antara 2 Kolam sepertinya sebagai sumbu Tengah dalam menjaga Arsitektur antara Bagian Kolam I yang ditengahnya ada Bale Kambang dan Kolam II yang ditengahnya ada Bale Gili, seolah-olah menjadi Sumbu keseimbangan

Balai Kapal merupakan Simbolis dari suatu Negara dimana didalam kapal ada muatan berupa Manusia yaitu Simbolis dari rakyat. Sebuah kapal harus dilengkapi dengan Kompas agar Kapal dapat berlayar menuju Tujuan dengan kepastian bahwa kapal akan tiba didaratan yang menjadi Tujuan. Demikian juga sebuah Negara mutlak harus dilengkapi dengan Undang-Undang dan Hukum dengan perangkatnya. Kompas adalah Jiwa dari sebuah kapal demikian juga Undang-Undang dan hokum adalah Jiwa dari sebuah Negara.

Dapat dibayangkan apa jadinya Kapal yang tidak memiliki Kompas, maka Kapal bisa tersesat atau Kapal bisa tidak tepat mencapai Daratan yang menjadi Tujuan. Demikian pula dengan Negara yang tidak memiliki Undang-Undang. 

Keragaman Seni Arsitektur di Taman ini mampu menarik banyak wisatawan domestik ataupun luar, sehingga tidak heran Taman Ujung Soekasada saat ini menjadi salah satu Objek wisata yang terkenal di Pulau Bali. Taman ini pun banyak digunakan untuk sesi pemotretan pengantin dan sebagainya, karena keindahan Arsitekturnya dan panoramanya yang mengagumkan.

untuk info lebih lanjut mengenai Taman Ujung Soekasada mungkin bisa mengunjungi Taman Ujung Soekasada

Sekian informasi dari saya, semoga bermanfaat bagi kita semua.

- Sejarah dan Teori Arsitektur -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
;